Rabu, 24 September 2008

SUKSESI NASIONAL.







Siapapun nantinya akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden,tak ada bedanya.Sejak reformasi digulirkan tahun 1998 tentunya kita harapkan akan terjadi perubahan manajemen hukum,politik,ekonomi,social budaya,agama,dan pertahanan keamanan.Tapi kenyataannya kondisi tersebut tidak banyak berubah,bahkan sebaliknya kita semakin kehilangan arah.Kalaulah sejak awal system manajemen pemerintah lebih tertata guna menghadapi krisis seperti sekarang ini,tentunya persoalannya akan lain.Kita tidak akan menderita berkepanjangan akibat krisis multidimensional yang kita rasakan seperti saat ini.
Jujur saja,ada persoalan yang terabaikan sejak reformasi mulai merebak direpublik ini antara lain,karena kita lebih terfokus pada kegiatan politik praktis,ketimbang memikirkan kelanjutan kehidupan berbangsa dinegeri ini.Dan memang ada banyak persoalan mengapa semuanya ini bisa terjadi.Pertama,reformasi yang digulirkan sesungguhnya tidak memiliki agenda atau konsep jelas yang dapat dinikmati langsung oleh rakyat.Kedua,visi dan misi reformasi hanya sebatas menggantikan pemerintahan lama dengan pemerintahan baru,tanpa mengubah struktur atau aturan serta prilaku para penyelenggara negara.Dengan kata lain reformasi hanya menyantuh situasi musiman,tidak sampai kepada substansi persoalan,dan system strategi pembangunan dinegeri ini. Dan ketiga,tidak adanya tokoh kharismatik atau tokoh panutan dan kepemimpinan yang menjadi tokoh sentral dalam pergerakan reformasi.Bahkan ada kesan,tokoh yang tampil tidak lebih baik dari tokoh yang pernah dihujat.
Persoalannya sekarang,ada beberapa hal yang perlu mendapat tekanan,sekaligus juga pembenahannya antara lain,soal kepemimpinan nasional.Kita melihat banyak pemimpin,banyak tokoh,baik dari kalangan akademisi dan praktisi,tapi kenyataannya tak seorangpun diantara mereka yang pantas dijadikan contoh dan tauladan layaknya seorang pemimpin yang memiliki kharismatik.Padahal bangsa ini memerlukan pemimpin yang mampu memberikan contoh.
Tak pelak lagi,perlu ada trobosan baru dengan tampilnya tokoh muda menggantikan tokoh tua dalam posisi kepemimpinan nasional,yang akan menawarkan keinginan dan masa depan bangsa ini yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat.Sebagai ilustrasi,kita pernah dipimpin dari kalangan tokoh muda sejak kita merdeka 17 Agustus 1945 yakni,Bung Karno dan Bung Hatta,kemudian tahun 1967 kita juga pernah dipimpin tokoh muda dari kalangan tentara HM.Soeharto.Lantas yang menjadi pertanyaan,apakah direpublik ini sudah tidak ada lagi tokoh muda yang berani tampil untuk memimpin bangsa ini.
Jawabnya,ada.Persoalannya,karena pola rekrutmen dan sirkulasi kader di internal sebagian partai politik (parpol) berjalan lambat.”Disini generasi muda yang ada diparpol harus mempercepat proses itu melalui perebutan kepemimpinan ditingkat daerah”,tutur Ketua Barisan Muda PAN Riski Sadig.Lain lagi pendapat Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti bahwa,kepemimpinan dari tokoh muda bukan karena tren,tapi signifikan dan substansial.”Saya tidak berharap besar dalam Pemilu 2009.Karena suksesi nasional masih didominasi para politisi tua,makanya tugas politisi muda harus merobohkan dominasi elit tua diinternal partainya masing-masing”,tuturnya.
Kita saksikan sekarang ini,banyak pemimpin dari tokoh tua yang berlomba-lomba ingin menjadi Capres (calon presiden) dan Cawapres (Calon Wakil Presiden) pada Pemilu 2009 mendatang,namun nyaris tidak ada satupun diantara mereka yang mampu memimpin.Buktinya,bangsa dan negara ini mulai kehilangan arah.Ibarat sebuah kapal,kita tidak memiliki nahkoda yang piawai melihat kompas dalam menentukan arah kapal.Dan kalau ini kita biarkan,bukan tidak mungkin kapal itu akan karam akibat kebodohan kita.Jadi dari kiasan tadi,pemimpin yang ada sekarang ini bukan lahir dari proses dan prosedur yang jelas dalam menunuju suksesi nasinal.

Tidak ada komentar: